Jumat, 11 November 2011

askep sistitis


SISTITIS
KONSEP MEDIS            
A.PENGERTIAN
      Sistitis adalah inflamasi kendung kemih yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. (Brunner & Suddarth, 2002).
     Cystitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine dari uretra kedalam kandung kemih. Kontaminasi fekal atau penggunaan kateter atau sistoskop.
     Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai pertumbuhan usia dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran perkemihan pada wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai substansi anti mikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal.
     Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma karena kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan sempurna kandung kemih. Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat bebarapa faktor misalnya prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih.


Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
·         Cystitis primer;
Merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.
·         Cystitis sekunder;
 Merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.
B.ETIOLOGI
       Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainanurologis atau kalkuli. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis, kalkuli atau obstruksi.
Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.
Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena adanya urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder) atau karena infeksi dari usus.


1.Jalur infeksi
·   Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyalkit ini lebih sering ditemukan pada wanita
·   Infeksi ginjalyan sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.
·   Penyebaran infeksi secara lokal dari organ laindapat mengenai kandung kemih misalnya appendiksitis
·   Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.
2.Faktor predisposisi
·         Benda asing yang menyebabkan iritasi, misalnya kalkulus tumor dan faeces dari fistula usus
·         Instrumentasi saat operasi menyebabkan trauma dan menimbulakn infeksi
·         Retensi urine yang kronis memungkinkan berkembang biaknya bakteri
·         Hubungan seksual

C.TANDA DAN GEJALA
            pada umumnya tanda dan gejala yang terjadi pada cystitis adalah ;
a)       peningkatan frekwensi miksi baik diurnal maupun nokturnal
b)       disuria karena epitelium yang meradang tertekan
c)       rasa nyeri pada daerah suprapubik atau perineal
d)      rasa ingin buang air kecil
e)       hematuria
f)       demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah

D.PATOFISIOLOGI
            Cystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral.
   Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui:
1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang    terinfeksi.
2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui darah dari suplay jantung ke ginjal.
3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan melalui helium ginjal.
4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.

        Dua jalur utama terjadi infeksi saluran kemih ialah hematogen dan ascending. Tetapi dari kedua cara ini, ascending-lah yang paling sering terjadi.
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah karena menderita suatu penyakit kronik atau pada pasien yang sementara mendapat pengobatan imun supresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya infeksi di salah satu tempat misalnya infeksi S.Aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi dari tulang, kulit, endotel atau di tempat lain.
Infeksi ascending yaitu masuknya mikroorganisme dari uretra ke kandung kemih dan menyebabkan infeksi pada saluran kemih bawah. Infeksi ascending juga bisa terjadi oleh adanya refluks vesico ureter yang mana mikroorganisme yang melalui ureter naik ke ginjal untuk menyebabkan infeksi.
      
Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.
E.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada kasus infeksi kandung kemih pemeriksaan yang biasa dilakukan berdasarkan literatur yang ada adalah ;
  1.   Pemeriksaan urine lengkap
  2.   Pemeriksaan USG abdomen
  3.   Pemeriksaan photo BNO dan BNO IVP
F.KOMPLIKASI
1) Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
2) Gagal ginjal
G.PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan standar ataupun pengobatan efektif untuk sistitis interstisialis.
Beberapa jenis pengobatan yang pernah dicoba dilakukan pada penderita sistitis interstisialis:
- Dilatasi (pelebaran) kandung kemih dengan tekanan hidrostatik (tenaga air)
- Obat-obatan (elmiron, nalmafen)
- Anti-depresi (memberikan efek pereda nyeri)
- Antispasmodik
- Klorapaktin (dimasukkan ke dalam kandung kemih)

- Antibiotik (biasanya tidak banyak membantu, kecuali jika terdapat infeksi kandung kemih)
- DMSO (dimetilsulfoksida), untuk mengurangi peradangan
- Pembedahan.

KONSEP KEPERAWATAN
1.Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
Data biologis meliputi :
1) Identitas klien
2) Identitas penanggung
Riwayat kesehatan :
1) Riwayat infeksi saluran kemih
2) Riwayat pernah menderita batu ginjal
3) Riwayat penyakit DM, jantung.
Pengkajian fisik :
1) Palpasi kandung kemih
2) Inspeksi daerah meatus
a) Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine
b) Pengkajian pada costovertebralis

Riwayat psikososial :
Ø Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
Ø Persepsi terhadap kondisi penyakit
Ø Mekanisme kopin dan system pendukung
Ø Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga
1) Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit
2) Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis
2.Diagnosa Keperawatan
1) Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada kandung kemih
2) Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih
3) Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit
4) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
3.Perencanaan
1. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada kandung kemih
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien
                      memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil :
1) Tanda vital dalam batas normal
2) Nilai kultur urine negative
3) Urine berwarna bening dan tidak bau
Intervensi :
1) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C
Rasional :
Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
2) Catat karakteristik urine
Rasional :
Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
3) Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional :
Untuk mencegah stasis urine
4) Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi.
Rasional :
Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.
5) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih.
Rasional :
Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih
6) Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.
Rasional :
Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra
2. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.


Kriteria :
1) Klien dapat berkemih setiap 3 jam
2) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
3) Klien dapat bak dengan berkemih
    Intervensi :
1) Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Rasional :
Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put
2) Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam
Rasional :
Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.
3) Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
Rasional :
Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.
4) Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal
Rasional :
Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.
5) Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman
Rasional :
Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
3. Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa  nyaman dan nyerinya berkurang.
Kriteria Hasil :
1) Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.
2) Kandung kemih tidak tegang
3) Pasien nampak tenang
4) Ekspresi wajah tenang

Intervensi :
1) Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri.
Rasional :
Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
2) Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.
Rasional :
Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot
3) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional :
Untuk membantu klien dalam berkemih
4) Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional :
Analgetik memblok lintasan nyeri
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan
                    tanda- tanda gelisah.
Kriteria hasil :
1) Klien tidak gelisah
2) Klien tenang
Intervensi :
1)      Beri support pada klien
Rasional :
Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME.
2) Beri penjelasan tentang penyakitnya
Rasional :
Agar klien mengerti 1) Kaji tingkat kecemasan
Rasional :
Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien

3) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional :
Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan.
3.Pelaksanaan
     Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Doenges E Marilyn, dkk, 2000)
4.Evaluasi
     Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan Uretra Sistitis adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
1. Nyeri yang menetap atau bertambah
2. Perubahan warna urine
3. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih.


PENYIMPANGAN KDM SISTITIS

Perineal hygiene ↓      vulva hygiene↓                       stagnasi urine(BG,keterer,dll)
                                      
                             Transmisi M.O ke saluran kemih
                             M.o berkembang biak di buli2
Text Box: Infeksi                                    Proses inflamasi                                 
                        Kerusakan membran mukosa                          Disuria
pelepasan                     Zat pirogen /endogen              merusak pembuluh darah
mediator nyeri                                    Set poin                                    Hematuri                                                                                                                                                          
Text Box: Perubahan pola eliminasi urine   merangsang nociseptor                     P↑ suhu                                                             
medulla spinalis
Text Box:     Hipertermikortex serebri                                                                                        Kurang info
Text Box: Kurang pengetahuanText Box: Nyeri                                                                                               




REFERENSI

Brunner & suddarth.buku ajar keperawatan bedah,EGC,jakarta,2001
Doenges E.marilynn,rencana asuhan keperawatan;pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawat pasien,Jakarta.EGC.2000
http://perawatgila.wordpress.com/2008/12/18/cystitis/
http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/23/askep-uretro-sistitis/















Tidak ada komentar:

Posting Komentar