SISTITIS
KONSEP MEDIS
A.PENGERTIAN
Sistitis adalah inflamasi kendung kemih yang paling
sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. (Brunner &
Suddarth, 2002).
Cystitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling
sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin
aliran balik urine dari uretra kedalam kandung kemih. Kontaminasi fekal atau
penggunaan kateter atau sistoskop.
Beberapa penyelidikan
menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa mempedulikan umur setiap tahun
mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai pertumbuhan usia dan
aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran perkemihan pada
wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan
diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai
substansi anti mikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal.
Infeksi ini berkaitan juga
dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma karena kontrsepsi ini dapat
menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan sempurna kandung
kemih. Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat bebarapa faktor
misalnya prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung
kemih.
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
·
Cystitis primer;
Merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang
ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih,
divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.
·
Cystitis
sekunder;
Merupakan
gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya
uretritis dan prostatitis.
B.ETIOLOGI
Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif
Escheriachia Coli yang dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada
penderita tanpa kelainanurologis atau kalkuli. Batang gram negatif lainnya
termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan pseudomonas
bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi.
Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada
infeksi-infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan
manipulsi urologis, kalkuli atau obstruksi.
Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra
atau dari meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal
infeksi tetapi yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.
Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh
karena adanya urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra,
neurogenik bladder) atau karena infeksi dari usus.
1.Jalur infeksi
· Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek
membuat penyalkit ini lebih sering ditemukan pada wanita
· Infeksi ginjalyan sering meradang, melalui urine dapat
masuk kekandung kemih.
· Penyebaran infeksi secara lokal dari organ laindapat mengenai
kandung kemih misalnya appendiksitis
· Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.
2.Faktor predisposisi
·
Benda asing yang
menyebabkan iritasi, misalnya kalkulus tumor dan faeces dari fistula usus
·
Instrumentasi
saat operasi menyebabkan trauma dan menimbulakn infeksi
·
Retensi urine
yang kronis memungkinkan berkembang biaknya bakteri
·
Hubungan seksual
C.TANDA DAN GEJALA
pada umumnya tanda dan gejala yang
terjadi pada cystitis adalah ;
a)
peningkatan
frekwensi miksi baik diurnal maupun nokturnal
b)
disuria
karena epitelium yang meradang tertekan
c)
rasa nyeri pada daerah suprapubik atau
perineal
d)
rasa ingin
buang air kecil
e)
hematuria
f)
demam yang
disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah
D.PATOFISIOLOGI
Cystitis
merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan oleh
bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan
penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian
bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral.
Masuknya mikroorganisme ke dalam
saluran kemih dapat melalui:
1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang terinfeksi.
2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui darah dari suplay jantung ke ginjal.
3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan melalui helium ginjal.
4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.
1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang terinfeksi.
2. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui darah dari suplay jantung ke ginjal.
3. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan melalui helium ginjal.
4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.
Dua jalur utama terjadi infeksi saluran kemih ialah hematogen dan ascending. Tetapi dari kedua cara ini, ascending-lah yang paling sering terjadi.
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah karena menderita suatu penyakit kronik atau pada pasien yang sementara mendapat pengobatan imun supresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya infeksi di salah satu tempat misalnya infeksi S.Aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi dari tulang, kulit, endotel atau di tempat lain.
Infeksi ascending yaitu masuknya mikroorganisme dari uretra ke kandung kemih dan menyebabkan infeksi pada saluran kemih bawah. Infeksi ascending juga bisa terjadi oleh adanya refluks vesico ureter yang mana mikroorganisme yang melalui ureter naik ke ginjal untuk menyebabkan infeksi.
Infeksi tractus urinarius terutama
berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari perineum ke uretra dan
kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi,
bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium
traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme
pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.
E.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada kasus infeksi kandung kemih pemeriksaan yang biasa dilakukan
berdasarkan literatur yang ada adalah ;
- Pemeriksaan
urine lengkap
- Pemeriksaan USG
abdomen
- Pemeriksaan
photo BNO dan BNO IVP
F.KOMPLIKASI
1) Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
2) Gagal ginjal
G.PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan standar ataupun pengobatan efektif untuk sistitis interstisialis.
Beberapa jenis pengobatan yang pernah dicoba dilakukan pada penderita sistitis interstisialis:
- Dilatasi (pelebaran) kandung kemih dengan tekanan hidrostatik (tenaga air)
- Obat-obatan (elmiron, nalmafen)
- Anti-depresi (memberikan efek pereda nyeri)
- Antispasmodik
- Klorapaktin (dimasukkan ke dalam kandung kemih)
Tidak ada pengobatan standar ataupun pengobatan efektif untuk sistitis interstisialis.
Beberapa jenis pengobatan yang pernah dicoba dilakukan pada penderita sistitis interstisialis:
- Dilatasi (pelebaran) kandung kemih dengan tekanan hidrostatik (tenaga air)
- Obat-obatan (elmiron, nalmafen)
- Anti-depresi (memberikan efek pereda nyeri)
- Antispasmodik
- Klorapaktin (dimasukkan ke dalam kandung kemih)
-
Antibiotik (biasanya tidak banyak membantu, kecuali jika terdapat infeksi
kandung kemih)
- DMSO (dimetilsulfoksida), untuk mengurangi peradangan
- Pembedahan.
- DMSO (dimetilsulfoksida), untuk mengurangi peradangan
- Pembedahan.
KONSEP KEPERAWATAN
1.Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
Dalam melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
Data biologis meliputi :
1) Identitas klien
2) Identitas penanggung
Riwayat kesehatan :
1) Riwayat infeksi saluran kemih
2) Riwayat pernah menderita batu ginjal
3) Riwayat penyakit DM, jantung.
Pengkajian fisik :
1) Palpasi kandung kemih
2) Inspeksi daerah meatus
a) Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine
b) Pengkajian pada costovertebralis
a) Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine
b) Pengkajian pada costovertebralis
Riwayat psikososial :
Ø Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
Ø Persepsi terhadap kondisi penyakit
Ø Mekanisme kopin dan system pendukung
Ø Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga
1) Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit
2) Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi
medis
2.Diagnosa Keperawatan
1) Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada
kandung kemih
2) Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan,
frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung
kemih
3) Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit
4) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan
di rumah.
3.Perencanaan
1. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada
kandung kemih
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien
memperlihatkan tidak
adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil :
1) Tanda vital dalam batas normal
2) Nilai kultur urine negative
3) Urine berwarna bening dan tidak bau
Intervensi :
1) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika
suhu diatas 38,50 C
Rasional :
Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
Rasional :
Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
2) Catat karakteristik urine
Rasional :
Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
3) Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 liter jika tidak
ada kontra indikasi
Rasional :
Untuk mencegah stasis urine
Rasional :
Untuk mencegah stasis urine
4) Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan
sensivitas untuk menentukan respon terapi.
Rasional :
Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.
Rasional :
Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.
5) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih
secara komplit setiap kali kemih.
Rasional :
Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih
Rasional :
Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih
6) Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap
bersih dan kering.
Rasional :
Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra
Rasional :
Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra
2. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan
frekuensi dan atau nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung
kemih
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
Kriteria :
1) Klien dapat berkemih setiap 3 jam
2) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
3) Klien dapat bak dengan berkemih
Intervensi :
1) Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Rasional :
Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put
Rasional :
Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put
2) Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam
Rasional :
Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.
Rasional :
Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.
3) Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
Rasional :
Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.
Rasional :
Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.
4) Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal
Rasional :
Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.
Rasional :
Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.
5) Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman
Rasional :
Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
Rasional :
Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
3. Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang.
Kriteria Hasil :
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang.
Kriteria Hasil :
1) Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada
saat berkemih.
2) Kandung kemih tidak tegang
3) Pasien nampak tenang
4) Ekspresi wajah tenang
Intervensi :
1) Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang
memperberat atau meringankan nyeri.
Rasional :
Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
Rasional :
Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi
2) Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat
aktivitas yang dapat di toleran.
Rasional :
Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot
Rasional :
Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot
3) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada
kontra indikasi
Rasional :
Untuk membantu klien dalam berkemih
Rasional :
Untuk membantu klien dalam berkemih
4) Berikan obat analgetik sesuai dengan program
terapi.
Rasional :
Analgetik memblok lintasan nyeri
Rasional :
Analgetik memblok lintasan nyeri
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi
perawatan di rumah.
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan
tanda- tanda gelisah.
Kriteria hasil :
1) Klien tidak gelisah
2) Klien tenang
Intervensi :
1)
Beri support
pada klien
Rasional :
Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan
YME.
2) Beri penjelasan tentang penyakitnya
Rasional :
Agar klien mengerti 1) Kaji tingkat kecemasan
Rasional :
Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
Rasional :
Agar klien mengerti 1) Kaji tingkat kecemasan
Rasional :
Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
3) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan
perasaannya
Rasional :
Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan.
Rasional :
Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan.
3.Pelaksanaan
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Doenges E Marilyn, dkk, 2000)
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Doenges E Marilyn, dkk, 2000)
4.Evaluasi
Pada tahap yang perlu dievaluasi
pada klien dengan Uretra Sistitis adalah, mengacu pada tujuan yang hendak
dicapai yakni apakah terdapat :
1. Nyeri yang menetap atau bertambah
2. Perubahan warna urine
3. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan
sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih.
PENYIMPANGAN KDM SISTITIS
Perineal hygiene ↓ vulva hygiene↓ stagnasi urine(BG,keterer,dll)
Transmisi M.O ke saluran kemih
M.o berkembang biak di buli2
Proses
inflamasi
Kerusakan
membran mukosa Disuria
pelepasan Zat
pirogen /endogen merusak
pembuluh darah
mediator nyeri Set poin Hematuri
merangsang
nociseptor P↑ suhu
medulla spinalis
kortex serebri Kurang
info
REFERENSI
Brunner & suddarth.buku ajar keperawatan bedah,EGC,jakarta,2001
Doenges E.marilynn,rencana asuhan keperawatan;pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawat pasien,Jakarta.EGC.2000
http://perawatgila.wordpress.com/2008/12/18/cystitis/
http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/23/askep-uretro-sistitis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar